KELEBIHAN DAN
KEKURANGAN APLIKASI OJEK ONLINE
MANFAAT
Bisa lihat tarif sebelum
naik.
Sebelumnya, berapa ongkos yang Anda akan keluarkan untuk sampai
di tujuan, hanya mengandalkan perkiraan, atau kebiasaan. (Sekarang, aplikasi
Blue Bird yang baru, sudah memberikan juga perkiraan harga). Manfaatnya jelas,
Anda jadi bisa siapkan dana yang diperlukan.
Punya pilihan cara bayar.
Pilihan cara bayar, mau tunai, pakai kartu kredit atau
menggunakan saldo yang sudah diisi sebelumnya via “top up” Tidak ada uang receh,
mudah pilih pakai Grab Pay, Go Pay, atau bayar pakai kartu kredit. Jika
menggunakan ojek biasa, tentu saja harus pakai uang tunai, atau Anda bisa bayar
belakangan asal kenal sama abang ojek :)
Memiliki informasi
mengenai pengemudi dan kendaraanya.
Anda bisa lihat foto pengemudi, nomor teleponnya dan plat nomor
kendaraannya (setahu saya plat nomor kendaraan hanya ada di Uber dan Grab,
sedangkan Gojek tidak ada). Anda bisa kontak pengemudi, jika ingin memberi tahu
arah jalan menuju lokasi penjemputan. Dulu Anda baru tahu siapa nama yang
mengemudi, jika melihat kartu yang terpasang di dashboard pengemudi. Itupun
kalau papan nama itu ada. (Note: tidak semua pengemudi ada foto terlihat di
aplikasi Uber atau Grab.
Mengukur waktu penjemputan
dan sampai lokasi tujuan.
Informasi berapa menit lagi sampai, dan berapa lama tiba di
lokasi tujuan, memberikan rasa nyaman bagi saya. Saya jadi bisa mengelola waktu
lebih baik.
Bukti pembayaran
dikirimkan via email.
Bukti pembayaran, histori dari transaksi, langsung dikirimkan ke
kotak surat elektronik/email saya setelah menyelesaikan trip. Jika ingin reimburse
bisa langsung kirim email tersebut ke bagian keuangan kantor. Grab,Uber dan
Gojek telah memiliki fitur ini sehingga mudah melihat kembali histori
perjalanan disertai jumlah nominal yang telah dikeluarkan.
Ada catatan histori
perjalanan.
Histori perjalanan, adalah hal yang menarik sebab trip mana saja
yang pernah Anda lalui bisa Anda lihat kembali. Bahkan jika ada pengemudi yang
berbuat curang seolah melakukan perjalanan tanpa menjemput Anda, tercatat, dan
ini bisa menjadi bukti pelaporan kepada pihak pengelola aplikasi.
Harga relatif lebih
rendah.
Jika dibandingkan dengan jarak tempuh sama, Anda hanya bayar Rp
5.000. Sedangkan jika naik “Opang” (Ojek Pangkalan), Anda harus bayar Rp
10.000. Tawaran harga relatif lebih rendah dan promo-promo menarik dari
aplikasi-aplikasi ini memanjakan para penggunanya.
Dari manfaat-manfaat yang tersebut di atas, tidak terlepas juga
ada resiko yang perlu Anda ketahui. Apa saja resiko jika Anda menggunakan
aplikasi transportasi online?
PraktisDengan ojek online jelas semua menjadi praktis, karena kamu bisa memesan atau kamu ingin mengantarkan barang dari rumah serta kantor hanya dengan gadget. Driver ojek online langsung menghampiri sesuai keinginan pemesan.
Jadi itu manfaat / kelebihan dari teknologi ojek online
KEKURANGAN
1. Server
Error
Pernah mencoba memesan ojek online tapi tidak mendapat respon dari aplikasinya? Saya pernah. Ketika mencoba memesan ojek via Go-Jek, aplikasi yang saya gunakan tidak merespon, sehingga saya terpaksa menggunakan moda transportasi yang lain. Konon ini disebabkan salah satunya oleh over load-nya server si aplikasi, akibat tidak bisa menampung banyaknya user dan driver. Error ini juga pernah saya alami ketika mencoba memasukkan kode referral serta menentukan lokasi penjemputan.
2. Tentangan dari Ojek Konvensional
Pernah mencoba memesan ojek online tapi tidak mendapat respon dari aplikasinya? Saya pernah. Ketika mencoba memesan ojek via Go-Jek, aplikasi yang saya gunakan tidak merespon, sehingga saya terpaksa menggunakan moda transportasi yang lain. Konon ini disebabkan salah satunya oleh over load-nya server si aplikasi, akibat tidak bisa menampung banyaknya user dan driver. Error ini juga pernah saya alami ketika mencoba memasukkan kode referral serta menentukan lokasi penjemputan.
2. Tentangan dari Ojek Konvensional
Ternyata
kehadiran Ojek Online ini tidak diterima dengan baik oleh semua pihak. Salah
satunya yang paling keras bersuara adalah para pengojek pangkalan yang sudah
biasa menjajakan jasanya secara konvensional. Selain di Jakarta, saya pernah
menggunakan jasa ojek online Go-Jek ini di Cikarang, Bogor dan Bandung. Dan di
tiga daerah tersebut beberapa pengemudinya meminta maaf karena tidak berani
menggunakan atribut (jaket dan helm) yang seharusnya merupakan identitas bagi
si pengemudi, dengan alasan masih riskan jika bertemu tukang ojek konvensional.
Beberapa spanduk yang menolak kehadiran ojek online ini, khususnya Go-Jek dan
Grab Bike, juga muncul di beberapa titik di kota Bandung dan Jakarta.
3. Tidak bisa memilih Driver
Di aplikasi ojek online ini kita bisa melihat apakah ada ojek yang berada di sekitar kita yang dapat menjemput kita dengan cepat jika order dilakukan. Tapi sayangnya, kita tidak bisa memilih driver mana yang akan kita gunakan. Setelah kita memesan, maka para driver akan "berebut" untuk mendapatkan order tersebut. Saya pernah memesan ojek online di sebuah titik yang cukup strategis di kota Jakarta, dan banyak pengemudi ojek online tersebut yang ada di sekitar lokasi saya, yang saya perkirakan tidak akan mencapai 5 menit untuk dapat menjemput saya. Akan tetapi yang mendapatkan order saya ternyata pengemudi yang lokasinya tidak terlalu dekat, dan benar saja, saya harus menunggu hampir 15 menit sebelum akhirnya dijemput ojek ini. Hal ini juga menjadikan kita tidak dapat memiliki tukang ojeg langganan :)
4. Tidak bisa pindah tujuan
Ketika kita sudah di atas motor tukang ojek online ini, maka kita akan diantarkan ke titik lokasi sesuai yang kita pesan di aplikasinya. Kalau di tengah jalan ada perubahan rencana atau panggilan mendadak, maka kita tidak bisa secara serta merta meminta sang pengemudi untuk merubah arah tujuan. Terus terang kalau ini saya belum pernah mengalami, tapi mendapat cerita dari teman saya, kak Matahari Timoer yang harus dua kali berganti moda transportasi karena ada perubahan rencana mendadak ketika sudah berada di atas motor ojek online ini.
5. Tidak menemukan pengemudi ojek
Ya, terkadang setelah pemesanan melalui aplikasi ojek online ini dilakukan, beberapa saat kemudian muncul notifikasi "we can not find a driver". Saya dua kali mengalami ini, pertama ketika mencoba menggunakan Go-Jek di Bandung dan Bogor. Hal ini mungkin disebabkan karena belum banyaknya driver Go-Jek pada saat itu di dua kota tersebut. Dan yang kedua adalah ketika mencoba memesan via Blu-Jek di salah satu titik strategis di Jakarta. Ini juga tampaknya karena masih sedikitnya pengemudi Blu-Jek yang baru saja lahir ini. Akhirnya saya memilih naek angkutan umum lainnya.
3. Tidak bisa memilih Driver
Di aplikasi ojek online ini kita bisa melihat apakah ada ojek yang berada di sekitar kita yang dapat menjemput kita dengan cepat jika order dilakukan. Tapi sayangnya, kita tidak bisa memilih driver mana yang akan kita gunakan. Setelah kita memesan, maka para driver akan "berebut" untuk mendapatkan order tersebut. Saya pernah memesan ojek online di sebuah titik yang cukup strategis di kota Jakarta, dan banyak pengemudi ojek online tersebut yang ada di sekitar lokasi saya, yang saya perkirakan tidak akan mencapai 5 menit untuk dapat menjemput saya. Akan tetapi yang mendapatkan order saya ternyata pengemudi yang lokasinya tidak terlalu dekat, dan benar saja, saya harus menunggu hampir 15 menit sebelum akhirnya dijemput ojek ini. Hal ini juga menjadikan kita tidak dapat memiliki tukang ojeg langganan :)
4. Tidak bisa pindah tujuan
Ketika kita sudah di atas motor tukang ojek online ini, maka kita akan diantarkan ke titik lokasi sesuai yang kita pesan di aplikasinya. Kalau di tengah jalan ada perubahan rencana atau panggilan mendadak, maka kita tidak bisa secara serta merta meminta sang pengemudi untuk merubah arah tujuan. Terus terang kalau ini saya belum pernah mengalami, tapi mendapat cerita dari teman saya, kak Matahari Timoer yang harus dua kali berganti moda transportasi karena ada perubahan rencana mendadak ketika sudah berada di atas motor ojek online ini.
5. Tidak menemukan pengemudi ojek
Ya, terkadang setelah pemesanan melalui aplikasi ojek online ini dilakukan, beberapa saat kemudian muncul notifikasi "we can not find a driver". Saya dua kali mengalami ini, pertama ketika mencoba menggunakan Go-Jek di Bandung dan Bogor. Hal ini mungkin disebabkan karena belum banyaknya driver Go-Jek pada saat itu di dua kota tersebut. Dan yang kedua adalah ketika mencoba memesan via Blu-Jek di salah satu titik strategis di Jakarta. Ini juga tampaknya karena masih sedikitnya pengemudi Blu-Jek yang baru saja lahir ini. Akhirnya saya memilih naek angkutan umum lainnya.
6. Standar
pelayanan yang sudah tidak lagi standar
Ini saya
rasakan di layanan Go-Jek. Ketika baru awal-awal beroperasi, setiap pengemudi
Go-Jek yang saya pesan selalu dengan sigap menawarkan masker dan cover kepala
sebagai bagian dari layanan ojek online ini. Tetapi belakangan ini hal tersebut
semakin langka, jangankan penutup kepala, masker saja kadang mereka tidak tawarkan.
Padahal di aplikasinya masih jelas tertulis bahwa hal tersebut merupakan bagian
dari layanan ojek online ini. Standard pelayanan di aplikasi sudah tidak
menjadi standar para pengemudinya di lapangan.
7. PELANGGARAN PRIVASI!!!
"Selamat pagi cantik"... "Udah makan belum?"... Pesan singkat itu bukan dikirimkan oleh seorang teman atau pacar kepada teman atau pasangannya, tapi oleh pengemudi ojek online kepada pelanggan yang pernah dia antar. Ya, cerita itu sering terdengar di beberapa postingan media sosial. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Karena aplikasi ojek online ini memungkinkan para pengemudi driver dan penggunanya untuk saling mengetahui nomor handphone masing-masing, tujuannya adalah untuk memudahkan komunikasi ketika proses pemesanan, tapi oleh beberapa oknum pengemudi malah dijadikan alat untuk melanggar privasi pelanggannya.
7. PELANGGARAN PRIVASI!!!
"Selamat pagi cantik"... "Udah makan belum?"... Pesan singkat itu bukan dikirimkan oleh seorang teman atau pacar kepada teman atau pasangannya, tapi oleh pengemudi ojek online kepada pelanggan yang pernah dia antar. Ya, cerita itu sering terdengar di beberapa postingan media sosial. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Karena aplikasi ojek online ini memungkinkan para pengemudi driver dan penggunanya untuk saling mengetahui nomor handphone masing-masing, tujuannya adalah untuk memudahkan komunikasi ketika proses pemesanan, tapi oleh beberapa oknum pengemudi malah dijadikan alat untuk melanggar privasi pelanggannya.
Salah satunya cerita yang dapat dari teman saya yang membagikan pengalamannya di sebuah WhatsApp Group. Teman saya, seorang perempuan muda, ditelpon dari nomor yang tidak dikenalnya pada pukul 00.10 dini hari. Karena orbolannya tidak jelas akhirnya dia tutup teleponnya, dan ditanyakan lewat SMS. Ternyata yang menelpon adalah sopir ojek online yang pernah mengantarkan dia! (Lihat gambar di atas). Walaupun cuma iseng, tapi ngeri gak sih?
Ini menjadi isu sekaligus kekurangan yang paling kritis dari aplikasi ojek online. Perlu dicari cara agar para penggunanya merasa nyaman tidak hanya ketika menggunakan layanannya tetapijugasetelahnya.
Pengemudi belum tentu tahu
jalan
Anda sebagai penumpang, mengharapkan pengemudi sudah (pasti) tahu
jalan. Nah, ini pun perlu Anda ketahui, bahwa pengemudi Uber, Grab dan Gojek,
mengandalkan aplikasi mereka untuk tiba sampai tujuan. Ketika mengemudi, mereka
sambil lihat Google Maps atau Waze mengikuti arah yang diperlihatkan pada
smartphone mereka. Jika Anda beruntung, pengemudi Uber, Grab atau Gojek, sudah
tahu akan lewat jalan apa, jika tidak, Anda yang harus mengarahkan mereka agar
sampai tujuan dengan selamat. Perlu Anda ingat seperti poin saya sebelumnya,
mereka bukan pengemudi profesional.
Jadi itu catatan saya tentang kekuragan dari Ojek Online ini dari sisi pengguna.
Saran lagi
kedepan nya,
Lebih di patuhi SOP nya, dan lebih
patuh terhadap lalu lintas dan lebih menghargai customer nya.
seperti masker dan penutup rambut, dan motor yg layak, dan berkendara yg lebih baik lagi supaya customer nyaman berkendara dengan ojek online
Syarat Requirement
kondisi motor baik, berprilaku baik dan memiliki surat kendaraat yg lengkap,



Tidak ada komentar:
Posting Komentar